Rabu, 05 Oktober 2016

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG



PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
JAGUNG



Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan menerapkan teknologi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Dalam pengembangannya, PTT tidak menggunakan pendekatan paket teknologi melainkan dengan pendekatan penerapan teknologi untuk memecahkan masalah usahatani di wilayah tertentu dan bersifat spesifik lokasi dengan bantuan para penyuluh dan petugas pertanian. Tujuan utama penerapan PTT adalah untuk meningkatkan produksi, pendapatan petani, dan menjaga kelestarian lngkungan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan menerapkan teknologi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Dalam pengembangannya, PTT tidak menggunakan pendekatan paket teknologi melainkan dengan pendekatan penerapan teknologi untuk memecahkan masalah usahatani di wilayah tertentu dan bersifat spesifik lokasi dengan bantuan para penyuluh dan petugas pertanian. Tujuan utama penerapan PTT adalah untuk meningkatkan produksi, pendapatan petani, dan menjaga kelestarian lngkungan. Komponen teknologi dasar yang dapat disinergikan dan dilakukan secara bersamaan (compulsory) antara petani dan penyuluh. antara lain yaitu:

1.    Varietas unggul baru jenis komposit/bersari bebas ataupun hibrida.yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan, dan keinginan petani serta stakeholder setempat 

2.    Benih bermutu (kemurnian/bersertifikat dan daya berkecambah > 95%), diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil 2 g (bahan produk) per 1 kg benih pada daerah-daerah yang endemik penyakit bulai. 

                                                                    



3.    Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha, jarak tanam 75 cm x 40 cm, dengan 2 tanaman/lubang atau 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang. 

 

4.    Pemupukan Nitrogen (N) berdasarkan stadia pertumbuhan tanaman dan Bagan Warna Daun (BWD). Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah sesuai hasil analisis laboratorium atau penelitian petak omisi. Bahan organik (pupuk kandang 1,5 – 2,0 t/ha) sebagai penutup benih pada lubang tanam untuk meningkatkan kesuburan tanah terutama pada lahan kering masam.

5.    Tersedia sumber air. Pembuatan saluran drainase (khusus pada lahan sawah tadah hujan yang saat awal tanam masih sering hujan) dan saluran distribusi air.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar