Rabu, 12 Desember 2012

BUDIDAYA TOMAT DALAM POT

Budidaya tomat dalam pot atau polybag sebenarnya mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan menanam diperkebunan. Diantaranya dapat dilakukan oleh siapa saja terutama yang tidak mempunyai perkarangan yang luas, perkembangan tanaman mudah dikontrol, penyebaran/penularan hama dan penyakit sangat kecil dan menghemat pupuk karena tempat yang kecil.
Budidaya tomat dalam pot atau polybag pada prinsipnya sama saja tata cara menanam sayur atau buah yang lainnya di dalam pot atau polybag.
Yang harus disiapkan untuk budidaya tomat dalam pot atau polybag adalah :
a. Tempat dan Media Tanam
Budidaya tomat dalam pot atau polybag dapat memanfaatkan kaleng bekas , ember plastik, wadah bekas lainnya atau memakai pot atau polybag. Media tanam yang digunakan berupa tanah pupuk kandang atau kompos. Perbandingan dapat 1:1, 1:2, atau 1:3 tergantung kesuburan atau berat ringannya tanah. Wadah tempat yang sudah disiapkan bawahnya dilubangi dan ditutup dengan pecahan genteng untuk aliran air siraman. Setelah itu diisi dengan media yang telah kita siapkan sampai penuh.
 
b. Pesemaian
Tomat diperbanyak dengan bijinya, disemai terlebih dahulu lalu ditaruh pada wadah dan ditempatkan pada daerah yang teduh. Sebulan kemudian biji yang sudah bertunas itu perlu dipindah (disapih) ke tempat penanaman lain sebagai latihan bagi tananam muda ini.sesudah bibit setinggi 10 cm, baru bisa dipindah ke pot.
 
c. Penanaman 
Sebelum tanaman dipindah ke media tanam sebaiknya media tanam perlu disiram terlebih dahulu. Untuk memindahkan tanaman dari persemaian ke pot harus hati-hati jangan sampai akar tanamannya sampai banyak yang patah, dan pemindahannya sebaiknya dilakukan pada sore hari.
 
d. Perawatan
Perawatan tanaman tomat dalam pot atau polybag lebih mudah karena kesehatan setiap tanaman lebih terkontrol dan penularan penyakit lewat akar dapat dihindari. Beberapa perawatan rutin yang perlu dilakukan sebagai berikut :
  1. Periksa tanaman setiap hari, terutama dari hama dan penyakit. Bila dijumpai ada hama, ambil dan matikan hama tersebut dengan cara dijepit. Bila ada tanaman yang layu cabut dan buang saja medianya supaya tidak menular ke tanaman yang lain.
  2. Bila tanaman kelihatan kurang subur, tambah pupuk kandang atau kompos yang telah matang.
  3. Bila tanaman sudah tumbuh besar beri turus/pasak untuk membantu tegaknya tanaman tersebut.
  4. Jangan biarkan media tanam terlalu kering, siramlah tanaman secara rutin, minimal 3 kali sehari. Perhatikan kadar air dalam media tanam jangan terlalu basah.
e. Panen
Budidaya Tomat dalam Pot atau Polybag dalam waktu relatif singkat sekitar 3 bulanan sudah dapat kita petik hasilnya.

PERTANIAN ORGANIK MODERN

PERTANIAN ORGANIK MODERN

Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik.

Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.

Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
  1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
  2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Komoditas pertanian organik yang akan dikembangkan dan memiliki potensi pasar yang baik, yaitu: hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis), perkebunan (kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi), rempah dan obat (Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya), dan peternakan (susu, telur dan daging). **

BERTANAM PADI MODERN DI POLYBAG

BERTANAM PADI MODERN DI POLYBAG
Ngeri bila kita melihat lahan pertanian semakin lama semakin sedikit dan menyempit. Masyarakat sudah banyak mengetahui  bahwa pembangunan terutama di pulau Jawa akan perumahan dan pertokoan kian marak. Pengaruh akan kebutuhan pangan menjadi persoalan utama yang harus dihadapi Negara ini terutama kebutuhan akan makanan pokok berupa beras.
    Ahli pertanian sekarang sudah banyak yang menggalakkan budidaya menanam padi dengan media polybag atau ember plastik sebagai salah satu solusi agar hasil pertanian terutama beras dapat sedikit teratasi. Walaupun solusi ini bukan sebagai penambahan lahan pertanian dan peningkatan hasil pertanian namun diharapkan menjadi salah satu alternatif kalau terus diperdalam dan dikembangkan.

     ImageMenanam padi pada media polybag atau ember plastic memang lebih cocok dikembangkan diperkotaan karena keterbatasan lahan. Jika dikembangkan di pedesaan bertanam padi seperti ini sepertinya kurang efektif, karena dipedesaan masih banyak tersedia lahan pertanian yang luas. Apalagi jika mempunyai hobi bercocok tanam maka cara ini sangat bagus untuk mengisi waktu luang, sehingga dapat menghasilkan padi sebagai bahan makanan pokok, menjadi tumbuh subur dengan buah yang menguning dan berisi. Kegiatan ini serasa menjadikan sensasi tersendiri dan kebanggan yang luar biasa. Cara penanaman padi dengan media polybag:

A. Bahan yang dibutuhkan:
- Polybag/ember plastik dengan diameter 30-40 cm
- Benih padi
- Tanah
- Pupuk organik/kompos

B. H-6 Penyemaian Benih
1. Masukkan benih dalam air, benih yang mengapung dibuang dan yang tenggelam biarkan rendam selama 24 jam.
2. Benih diperam/bungkus daun/kain/kertas koran selama 24 jam.
3. Buatlah persemaian: 1 bagian tanah kering subur halus : 1 bagian Pupuk Organik Padat, aduk merata, diayak. Wadah persemaian dilapisi plastik. Tinggi lahan semai 5-7cm. Semaikan benih. Tutup benih dengan media semai tadi, tipis saja sekira 1-2mm.
4. Pertahankan kelembaban benih dengan cara menyemprotnya dengan air biasa, tiap 4-6 jam. Simpan di tempat yang tidak terkena matahari langsung/teduh.

C. H-1 menyiapkan Media Tanam
Buatlah media tanam: 60% tanah : 40% Pupuk Organik/kompos. Aduk rata. Masukkan ke dalam ember atau polybag tidak berlubang minimal 20ltr, volume 30ltr lebih baik. Media tanam agak “dibukitkan” untuk menanam benih ditengahnya, dan pengairan di pinggirannya.

D. Hari H Penanaman
1. Tanamkan benih pada usia 5-7 hari.
2. Tarik pangkal benih menggunakan tangan kanan, jaga agar butir padi (gabah) yang masih menempel tidak rusak (butir padi berfungsi sebagai ari-ari nutrisi akar & daun benih muda).
3. Dorong pangkal benih secara horizontal dari pinggir hingga pangkal benih terbenam 1cm dengan butir padi menancap ke dalam tanah secara horizontal (pinggir), biarkan akar tergerai di permukaan tanah (jangan ditekan).
4. Hanya 1 batang benih, daun tidak dipotong.
5. Simpan di tempat terbuka-matahari penuh.

E. Pengairan/Penyiraman Sehari-hari
- Umur Padi
0 – Berbunga merata, Berbunga merata-Padi Menguning, Padi menguning – Panen
- pengairan
macak-macak, rendam 2-3 cm, keringkan

F. Panen
1. Lakukan panen seperti pada umumnya.
2. Jerami dapat digunakan untuk bahan baku Pupuk Organik Padat .
3. Tanah/ media tanam dapat digunakan untuk musim tanam berikutnya. Caranya: airi media tanam hingga lembek, kemudian balikkan/ telungkupkan sisa bonggol padi – Campur dan adukkan Pupuk Organik Padat – biarkan 1 minggu – tanami kembali benih dari persemaian seperti diatas.

Jumat, 07 Desember 2012

BERTANAM PADI ORGANIK

Ada apa dengan Produk Pertanian Kita, Dengan sedikit merenung kita akan bertanya-tanya kenapa dijaman sekarang ini banyak sekali orang mudah terkena berbagai macam penyakit seperti kanker, stroke, jantung koroner,diabetes, asam urat dan lain-lain. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan bagi kita semua terutama bagi keluarga yang ada disekitar kita. Kalau kita perhatikan kakek-nenek kita jaman dulu, usia mereka panjang-panjang, jarang terkena penyakit yang berbahaya dan kondisinya selalu segar bugar.
Kalau kita renungkan pola hidup jaman sekarang jauh berbeda dengan jaman dulu, dengan melihat dari hal itu kita akan mengetahui apa salah satu penyebab terjadinya hal-hal yang kita khawatirkan tersebut diatas. Di jaman sekarang kita terlalu banyak menggunakan unsur-unsur kimia pada makanan yang kita makan secara tidak sadar kita telah meracuni tubuh kita terutama pada makanan pokok kita yaitu beras, maka seharusnya kita sadari secepat mungkin jangan dianggap remeh akan akibat dari makanan yang mengandung unsur kimia ini. Banyak metode penanaman padi organik diterapkan akan tetapi ada metode yang lebih simple tidak memakan banyak biaya, waktu dan tenaga tapi berdaya guna. Kelebihan dari padi/beras organik dibandingkan dengan padi/beras non organik.
Kelebihan padi/beras organik, sebagai berikut:
1. Bulir padi lebih banyak sehingga penghasilan tentunya lebih besar.
2. Rumpun tanaman lebih tebal/banyak.
3. Warna beras lebih putih dan tidak berdebu.
4. Nasi lebih  pulen.
5. Warna nasi lebih putih dan wangi.
6. Tidak cepet berair walau telah 3 hari di dalam rice cooker/dandang.
7. Ukuran nasi lebih besar.
8. Beras cukup sekali cuci sudah bersih.
9. Nasi mudah diserap oleh tubuh.


.
Cara Tanam Padi Organik :
Pola tanam padi organik adalah cara bertanam padi kembali ke alam, artinya petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi dengan memanfaatkan kotoran binatang yaitu kotoran sapi yang banyak kita temui disekitar kita. Di dalam kitab suci Al-Qur’an ada suatu surat yang namanya Al-Baqarah yang artinya sapi betina, dari sapi banyak sekali manfaat yang kita peroleh mulai dari air susunya, dagingnya sampai ke kotorannyapun dapat kita manfaatkan. Berangkat dari situ  memakai bahan dasar kotoran sapi sebagai campuran untuk proses pemupukannya adalah cara yang tepat. Tapi sebelumnya ada suatu rumusan sebagai patokan dalam proses pengolahan sawah nanti kedepannya.
Rumus Pupuk:

1 Liter USPDR + 5 Kg Kotoran Sapi + 55 Liter Air = 60 Liter
Dari rumus tersebut didapatkan pupuk sebanyak ± 60 liter jadi terjadi penyusutan sekitar 1 liter. 1 liter USPDR adalah cairan non kimia , cairan ini mampu bertahan selama 5 tahun . USPDR adalah multifungsi bisa dipakai untuk perikanan, perkebunan bahkan pengobatan. USPDR sebagai campuran inti dari proses pembuatan padi organik, berikut tabel kebutuhan pupuk organik untuk luas sawah 1 ha sebagai panduan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SAWAH 1 HA
UMUR TANAM
KEGIATAN
PUPUK (LITER)
TELOR (BUTIR)
SUSU BUBUK (KG)
- 14 HST
 Rendam jerami ± 5 cm dan tabur pupuk  
250
-
-
- 3 HST
Leleran/ngararata
250
-
1
0
Tanam/tandur
-
-
-
35
Semprot
50
8
1
45
Semprot
50
8
1
55
Semprot
50
8
1
650
24
4
Keterangan:
- HST (Hari Sebelum Tanam)
- Susu bubuk bebas bisa pakai susu bubuk bekas (kadaluarsa)
- Telor bebek.
Kesimpulan:
Dalam 1 ha sawah diperlukan USPDR = 11 liter x Rp. 50,000 = Rp. 550,000,-
Kotoran sapi = 55 Kg
Air = 605 liter


PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS


Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo tersebar di seluruh daerah penghasil padi gogo di Indonesia. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada  semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).


Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

Penularan penyakit terutama terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen Pyricularia oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.

Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.

Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.


Usaha pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Varietas Limboto,  Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di Purwakarta, Subang, dan Indramayu tergolong tahan terhadap penyakit blas leher.    Patogen Pyricularia grisea sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan oleh dominasi  ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan varietas yang hanya ditentukan oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu pembentukan varietas tahan yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic resistant) sangat diperlukan. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah endemis penyakit blas.

Mengingat ketahanan varietas terhadap penyakit blas tidak bisa berlangsung lama maka penggunaan varietas tahan perlu didukung dengan komponen pengendalian lain. Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis dalam mengatasi penyakit blas, namun sering kali menimbulkan efek samping yang kurang baik diantaranya menimbulkan resistensi patogen dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu agar fungisida dapat digunakan seefektif mungkin dengan efek samping yang sekecil mungkin, maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus diperhitungkan tentang jenis, dosis, dan waktu aplikasi yang tepat. Beberapa jenis fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas adalah Topsin 500 F, Topsin 70 WP, Kasumiron 25/1 WP, dan Delsene MX 80 WP.

Kamis, 06 Desember 2012

JAMUR TRICHODERMA,sp

Potensi jamur Trichoderma,sp. sebagai agensia pengendali hayati sudah tidak terbantahkan. Beberapa penyakit tanaman sudah dapat dikendalikan dengan aplikasi jamur Trichoderma,sp. Diantaranya adalah busuk pangkal batang pada tanaman panili yang disebabkan oleh jamur Fusarium, sp., Jamur Akar Putih (JAP) yang menyerang tanaman lada dan karet dan beberapa
penyakit terbawa tanah (soil borne) lainnya.
Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa Trichoderma,sp. juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur Trichoderma pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.
Penggunaan jamur Trichoderma secara luas dalam usaha pengendalian OPT perlu disebarluaskan lebih lanjut agar petani-petani Indonesia dapat memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Diharapkan setelah mengetahui langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma, petani
dapat mempraktekkan dan mengaplikasikannya.
Langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma yang dengan mudah dilakukan oleh petani.
Alat:
1. Dandang subluk
2. Kompor Gas / Kompor minyak
3. Bak plastik
4. Plastik meteran (dijual dalam bentuk lembaran)
5. Entong kayu.
Bahan:
1. Sekam
2. Bekatul (dedak)
3. Air
4. Alkohol 96 %.
5. Isolat (bibit) jamur Trichoderma.
Langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma :
1. Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.
2. Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata.
3. Tambahkan air sampai kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak ada air yang menetes namun media menggumpal)
4. Masukkan media kedalam kantong plastik.
5. Siapkan dandang subluk untuk mensterilkan media.
6. Isi dandang subluk dengan air sebanyak 1/3 volume dandang.
7. Masukkan media kedalam dandang subluk
8. Sterilkan media dengan menggunakan dandang subluk selama 1 (satu) jam setelah air mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama.
9. Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%.
10. Ratakan permukaan media dengan ketebalan 1-5 cm.
11. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml air)).
12. Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius.
13. Amati pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau).

Kunci keberhasilan perbanyakan massal jamur Trichoderma adalah:
1. Aseptisitas proses produksi, artinya petani selaku pembuat harus mengetahui titik-titik kritis dimana proses produksi harus dilakukan secara aseptis (higienis). Penyiapan dan proses sterilisasi media merupakan titik kritis pertama yang harus diperhatikan.
2. Kualitas isolat jamur Trichoderma, isolat jamur Trichoderma yang diperbanyak secara massal harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya jumlah dan viabilitas spora tinggi, umur biakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dan isolat dalam keadaan segar (baru dipindahkan ke
media yang baru).
3. Inkubasi.. Ruangan inkubasi harus mendukung pertumbuhan jamur Trichoderma. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban ruangan harus diatur sedemikian rupa agar pertumbuhan jamur berjalan optimal.
Demikian proses perbanyakan massal jamur Trichoderma skala petani disampaikan, semoga petani Indonesia mau dan mampu memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Dengan berkembangnya penggunaan jamur Trichoderma sebagai Agensia Pengendali Hayati oleh para petani diharapkan pemakaian fungisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman dapat ditekan dan dapat menurun tiap tahunnya.

BERTANAM SISTEM LEGOWO

APA ITU BERTANAM  SISTEM LEGOWO?
Bertanam sistem legowo adalah cara menanam padi, bila ada beberapa barisan kemudian diselingi 1 barisan yang kosong. Tetapi pada barisan paling pinggir, ditanam bibit 2x lebih banyak dibandingkan barisan tengahnya.
Untuk cara tanam seperti ini, biasanya dalam dunia pertanian disebut legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) dan seterusnya.
Berdasarkan informasi yang saya dapat, untuk mendapatkan hasil produksi gabah tertinggi dipakai legowo 4:1.
Tetapi bila kita ingin mendapat bulir gabah bagus atau akan dibuat benih berkualitas dipakai oleh legowo 2:1.
Makanya sewaktu saya berkunjung ke Balai Benih Besar di Sukamandi – Subang, saya saksikan banyak tanaman padi yang dibuat dengan LEGOWO 2:1, sebab disana memang tempat untuk mendapatkan benih berkualitas.
PADI SISTEM LEGOWO
BAGAIMANA MENGHITUNG JUMLAH TANAMAN DENGAN SISTEM LEGOWO?

Rumusnya :
- Kita harus tahu dulu jarak tanamnya, misalkan jarak tanam 25 x 25 cm. Dengan jarak tanam tersebut maka populasinya 160 ribu tancep atau rumpun
- MENGETAHUI JUMLAH PENAMBAHAN POPULASI, caranya seperti ini = ( 1 /1+ sistem legowo berapa ) x 100 %. Angka 1 adalah patokan, sebab bila legowo pake sisipan, jumlah bagian pinggir adalah 2 x dari bagian tengahnya
Contoh legowo 2 : 1
Penambahan jumlah tanaman legowo 2:1 = ( 1 / 1 + 2 )  x 100 % = 33,3 %
Sehingga total tanaman menjadi =
= 160.000 rumpun + ( 1/3  x 160.000 ) = 213.333 rumpun
Contoh legowo 3 : 1
Penambahan jumlah tanaman legowo 3:1 = ( 1/ 1 + 3 )  x 100 % = 25 %
Sehingga total tanaman menjadi =
= 160.000 rumpun + ( 1/4 x 160.000) =  200.000  rumpun
Legowo 4:1, dengan rumus di atas terjadi penambahan 1 / 1 + 4 = 20 %
Legowo 5:1, dengan rumus di atas terjadi penambahan 1 / 1 + 5 = 16,66 %
Legowo 6:1, dengan rumus di atas terjadi penambahan 1 / 1 + 6 = 14,3 % dst
Jarak Tanam untuk sistem tanam padi legowo, banyak macamnya bisa 20 x 25 cm, 20 x 30 cm, 25 x 25 cm, 25 x 30 cm, 30 x 30 cm dll.

TUJUAN BERTANAM SISTEM  LEGOWO
Dari gambar di atas dapat kita ketahui manfaat sistem ini antara lain :
1. Memperbanyak tanaman pinggir, dengan banyak tanaman pinggir maka jumlah anakkan padi banyak sehingga produksi padinya akan maksimal
2. Sinar matahari dapat langsung masuk ke bagian bawah tanaman terutama bagi tanaman pinggir. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai daun, maka proses fotosintesis akan semakin maksimal sehingga tanaman menjadi subur
3. Mengurangi kemungkinan serangan hama. Hama tikus paling tidak suka daerah yang agak terbuka.,
4 Pada lahan yang agak terbuka, kelembaban akan berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
5. Mempermudah dalam penyiangan, dengan cara ini akan menghemat tenaga kerja
6. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 4: 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 20 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkatan produksi gabah.
7. Akan mempermudah pelaksanaan pemupukan dan penyemprotan hama dan penyakit.
Tetapi, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Bertanam Sistem  Legowo adalah cara menanam padi, bila ada beberapa barisan kemudian diselingi 1 barisan yang kosong. Tetapi pada barisan paling pinggir, sama saja dengan barisan tengahnya. Artinya cuma ada baris tanaman yang dihilangkan tanpa ditambahkan atau diselipkan pada barisan pinggirnya. Dan ini sesuai dengan sejarah ditemukan sistem tanam legowo .
Kalau  boleh memilih, saya lebih cenderung kepada bertanam padi sistem legowo yang barisan pinggir tanpa diselipkan atau ditambah bibit lagi. Kenapa?
Pertama, jumlah bibit yang dipakai lebih sedikit jadi hemat bibit. Contoh Legowo 4:1, akan hemat bibit 20 % dan Legowo 2;1 akan hemat bibit 33,3 %.
Kedua, tidak terlalu rapat sehingga potensi anakan dan hasil akan lebih tinggi.
Ketiga, pengoyosan bisa 2 arah.
Keempat, hasil panen lebih tinggi. Berdasarkan pengalaman saya di lapangan, hasil yang didapatkan petani lebih tinggi yang tanpa disisipkan pada barisan pinggirnya.
Bila kita ke areal sawah melihat padi legowo, saya melihat justru tanam legowo tanpa ditambahkan barisan pinggirnya yang paling banyak saya jumpai. Artinya petani lebih suka legowo ini. Bisa dari ke-2 legowo ini, hasil panennya sama. Maka petani akan memilih legowo yang tanpa diselipkan sebab hemat bibit, waktu dan tenaga.